Kembali lagi untuk membicarakan sejarah yang tak pernah ada habisnya. Wajar saja karena setiap orang perlu tahu sejarah agar bisa menghargai yang ada sekarang ini. Untuk itu buat kalian yang mengaku sebagai penggemar judi bisa melihat dan menyimak artikel ini sampai selesai.
Di awal masa pemerintahan Ali Sadikin jumlah anggaran untuk pembangunan DKI bejumlah sekitar 66 juta. Begitu akhirnya beliau mengambil keputusan untuk melegalkan judi sebagai tambahan anggaran. Hingga pada saat itu jumlah anggaran meningkat lebih. Bahkan lebih dari 1000% yaitu mencapai hingga 89 miliar rupiah dalam kurun waktu 10 tahun. Kemudian uang tersebut yang dipakai membangun sekolah, membangun rumah sakit, kemudian untuk perbaikan jalan beserta infrastruktur lain. Dan sampai di akhir masa jabatannya, Ali Sadikin pemda Jakarta masih memiliki tabungan berjumlah 17 miliar rupiah.
Hingga sekarang judi telah bertransformasi lebih cangih dengan bantuan internet. Judi online yang mampu membuat pemainnya takjub dengan kecangihannya.
Kembali lagi pada sejarahnya. Walau telah memberikan hal positif dalam pembangunan Jakarta. Namun hasil serupa tidak diterima lotre buntut lantaran pada di tahun 1965 saat itu Presiden Soekarno menekankan jika lotre masuk ke dalam jajaran atau kategori subversi yang dapat merusak moral bangsa. Namun keberhasilan dari perjudian untuk membangun infrastruktur yang ada di Jakarta ingin dicoba daerah lain. Sehingga tahun 1960 ada Lotre Totaliastor atau disingkat dengan Lotto. Kemudian pemda Surabaya mengeluarkan lotre dengan tujuan pemungutan dana untuk mengadakan PON VII di kota Surabaya.
- Lotre di Masa Orde Baru
Kemudian mulai saat itu mulai banyak lotre bermunculan yang begitu digemari kalangan masyarakat. Hingga kemudian di tahun 1974 yang mana saat itu lotre Toto KONI mulai dilarang pemerintah. Dan mulai saat itu pemerintah serius untuk menangani hal tersebut. Bahkan Mentri Sosial juga turut serta mencari cara supaya judi jadi sebuah permainan berbentuk undian tanpa adanya bumbu-bumbui unsur judi. Dan perlu waktu cukup lama hanya untuk merelasikannya. Yang mana memakan waktu 7 tahun. Karena pada saat itu Depsos ingin pembagian dari lotre jadi 50 persen yang diberikan untuk pemerintah. Dan untuk 30 persen lagi diarahkan buat penyelenggara. Sementara 20 persen lagi ditujukan untuk pemenang. Tetapi Soeharto yang saat itu memerintah tidak bisa merealisasikan hal itu, ia meminta untuk mempelajari fenomena tersebut lebih mendalam lagi.
Hingga sampai 28 Desember 1985 mulai beredar kupon berhadiah porkas sepak bola. Tujuan dari kupon tersebut tentu saja untuk menunjang pembinaan atau menggembangkan prestasi bidang olahraga. Dan kupon tersebut nyatanya bisa direalisasikan lantaran ada UU No. 22 tahun 1954 soal undian yang memiliki catatan tidak membuat dampak buruk sosial di kalangan masyarakat.
Kupon Porkas tersebut tentunya berbeda dengan game togel yang lain. misalnya seperti kupon porkas yang tidak berisi tebakan angka tetapi harus menebak pertandingan sepak bola entah itu seri, kalah atau menang. Kemudian kupon tersebut tersebar hingga ke tingkat kabupaten. Dan juga buat anak yang belum mencapai usia 17 tahun dilarang mengedarkan. Nah, dari sini terlihat jika kupon Porkas berbeda dengan Toto KONI yang tidak bebas diedarkan. Hal tersebut tentunya perlu diminimalisir terjadinya dampak buruk di kalangan masyarakat. Bahkan sampai dikeluarkan atau dibuatkan sebuah peraturan. Tujuannya agar terjamin keamanannya untuk masyarakat.
- Kupon Porkas Diganti Kupon Sumbangan Olahraga yang Berhadiah
Lambat laun, tepatnya di tahun 1987 kupon Porkas seperti yang di atas diubah menjadi KSOB. KSOB sendiri merupakan Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah. Cara bermainnya juga diubah sedikit. Pada KSOB terbagi menjadi 2 kupon yaitu dengan cara bermain berbeda. Di kupon pertama bukan lagi menebak seri, menang atau kalau, tetapi skor pertandingan. Nah, untuk kupon kedua ada tebakan huruf dan tebakan bola. Tahukah kalian dalam kurun waktu satu tahun mampu mengumpulkan dana masyarakat mencapai 221,2 miliar.
Melihat fenomena tersebut Fraksi karya pembangunan dan fraksi persatuan pembangunan kemudian menentang kupon ini. Lantaran kupon ini diindikasi dapat menyebabkan dampak buruk apalagi untuk masyarakat pedesaan. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap perekonomian daerah. Berikutnya di pertengahan tahun 1988 kembali Mensos mengumumkan jika KSOB dan TSSB berhasil mengumpulkan dana berjumlah atau senilai 962,4 miliar.
- KSOB Diganti Jadi Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah
KSOB dan TSSB tepat di tanggal 1 Januari 1989 dilarang beredar. Kemudian dua hal tersebut dirubah jadi SDSB yaitu yang berarti Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah. Di mana itu merupakan penggalangan dana SDSB yang dilakukan sesuai dengan itikad yang baik. Sumbangan tersebut juga terbagi menjadi 2 kupon. Dan masing-masing dijual dengan harga yang berbeda.
Untuk kupon A dijual seharga lima ribu dengan penawaran hadiah bernilai miliaran rupiah. Sementara untuk kupon B dijual dengan harga seribu rupiah dengan menawarkan hadiah berjumlah 3,6 juta. Kupon A diedarkan dengan sebanyak satu juta lembar. Dan untuk Kupon B berjumlah 29 lembar. Itu artinya jumlah dari kedua kupon mencapai 30 juta lembar. Rasanya jumlah yang fantastis ya.
Jadi itulah perjalanan perkembangan dari judi sebelum akhirnya seterkenal seperti sekarang dengan jadi sistem judi online.